Minggu, 22 Juli 2018

FENOMENA ARTIS MAJU MENJADI CALEG

Artis maju menjadi calon legislatif, hampir semua orang sudah tau. Hal itu bukan lagi berita baru, lantaran sudah terjadi sejak dahulu. Anggota legislatif yang duduk di Senayan, memang baru tampak sangat jelas keberadaannya sejak tahun 2014. Pada periode ini (2014-2019) mereka tergolong cukup banyak. Maka sudah tidak menjadi heran, kalau untuk periode sekarang (2019-2024) sederet nama artis tercatat maju menjadi caleg.

Sebagai masyarakat pemilih, kita tentu tidak mempersoalkan siapapun yang maju menjadi caleg. Termasuk mereka yang berlatar belakang artis. Tidak ada regulasi yang menghalangi mereka untuk maju menjadi caleg. Toh ... keputusan itu tetap ada di tangan rakyat, apakah mereka berhak masuk ke Senayan atau tidak.

Memang jika dilihat dari karyanya, politisi yang berlatar belakang artis belumlah menunjukkan progres yang cukup berarti. Tetapi bukan berarti semua politisi berlatar belakang artis diam-diam saja. Sekalipun politisi berlatar belakang artis enggan meninggalkan dunia keartisannya, tetapi tidak sedikit diantara mereka justru sangat fokus melaksanakan tugas sebagai anggota legislatif di DPR.

Bukan hanya sebagai anggota legislatif, para artis juga menyerbu masuk menjadi calon eksekutif. Sudah terbukti, tak sedikit diantara mereka yang duduk sebagai wakil bahkan sebagai kepala pemerintahan. Tentu dari kinerja, tidak semua oknum sama. Ada yang sudah menunjukkan dirinya sebagai pejabat yang berkwalitas, tentu ada yang gagal.

Maraknya berita miring yang menuduh politisi berlatar belakang artis sebagai politisi bayaran, adalah dampak dari banyaknya politisi artis yang berpindah dari partai yang satu ke partai lain. Tidak sedikit dari kalangan politisi mengungkapkan, bahwa caleg dari artis adalah caleg yang bisa dibeli untuk pindah partai, karena mereka terbiasa dibayar saat manggung.

Tentu saja isu itu menjadi hal yang mengkhawatirkan masyarakat, jika memang isu itu adalah berita yang benar. Walaupun isu adalah berita yang belum tentu kebenarannya, tetapi masyarakat tetap saja menjadi khawatir dengan pemberitaan itu. Alangkah tidak baiknya, jika politisi sebagai petugas partai menyampaikan informasi di media massa tanpa bukti yang valid. Misalnya menyebut caleg artis adalah caleg yang bisa dibeli.

Jika memang benar caleg bisa dibeli, tentu ini sanyat mengerikan. Caleg yang bisa diperjual-belikan tidak pantas menjadi wakil rakyat. Saat maju menjadi caleg saja, mereka sudah terlibat dalam aksi jual-beli. Boleh dibayangkan apa yang akan terjadi, kelak saat mereka telah duduk di Senayan. Tentu aksi jual-beli tidak bisa dituduhkan hanya kepada kaum artis semata. Hal yang sama tentu juga bisa terjadi pada caleg dari kalangan non artis. Hal ini sangat mengerikan ... 

Para politisi sebagai petugas partai seharusnya menyikapi perpindahan caleg dari partai ke partai dengan sikap yang kesatria. Tidak perlu bersikap emosional mengetahui peristiwa itu sudah terjadi. Apalagi melontarkan tuduhan itu secara khusus kepada caleg dari kalangan artis. Politisi akan jauh lebih terpandang, jika mereka membangun cara yang baik dalam usaha merebut hati rakyat.

Demikian pula caleg dari kalangan artis, tentu harus menyikapi pemberitaan itu dengan serius. Mereka bisa menampik semua pemberitaan itu dengan berkarya sebaik mungkin, saat mereka terpilih nanti. Mereka harus sungguh-sungguh mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan partai pengusungnya.

Masyarakat tentu berharap, agar para artis yang maju menjadi caleg tidak sekedar meramaikan saja. Mereka sebaiknya mempertimbangkan sisi kwalitas dan knowledge diri sendiri, agar kelak mereka tidak menjadi bahan candaan baik di tengah sesama politisi maupun di tengah masyarakat umum.

Hal ini penting, agar maju menjadi caleg bukanlah sekedar rame-ramean.


SALAM GEMILANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar